sewamobillombok.id, Pringgasela – Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat khususnya pemuda untuk melestarikan budayanya, salah satunya melalui penyelenggaraan even untuk mengingatkan kembali generasi muda akan pentingnya merawat tradisi. Salah satunya adalah tradisi menenun yang ada di Kecamatan Pringgasela. Untuk merawat tradisi yang istimewa ini, para pemuda dan masyarakat di Kecamatan Pringgasela menyelenggarakan sebuah even dengan tajuk “Alunan Budaya Desa” yang telah dimulai sejak tahun 2015 silam dan pada tahun ini telah memasuki tahun keempat.
“Saat ini (kemarin) kami sedang menyiapkan metode pelaksanaan Fashion Show sebagai tema besar yang akan dikemas pada 28 hingga 31 Oktober mendatang dengan konsep yang berbeda dari Fashion Show umumnya. Ini akan sangat menarik, karena kali pertama fashion show akan di adakan dengan konsep outdoor di lahan persawahan dan dilatarbelakangi view gunung Rinjani yang di sulap seunik mungkin oleh ketua pemuda Kami yaitu, Muhammad Nur Sahra S.n.” Ujar koordinator Acara ALBD4, Nifo Winona Algosyah S.Pt, Sabtu (23/09).
Konsep “Fashion Show” sendiri merupakan gagasan yang berangkat dari hasil inovasi yang dikemas pemuda setelah berhasil pada ALBD tahun sebelumnya yang mengamgkat tema “WARNA DAN IRAMA TENUN” yang dimana pemuda membariskan 1350 penenun di sepanjang jalan perempatan Tugu Mopra Perjuangan.
Untuk Diketuhui bahwa kain tenun Pringgasela tidak hanya berbentuk kain saja, oleh sebab itu dari tema besar acara yang diangkat pada tahun ini “An Elaborate Fashion Show” bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa kain tenun Pringgasela tidak hanya dibuat menjadi sarung, melainkan beragam barang jadi siap pakai. Seperti pakaian, sepatu, tas dan lain-lain
Pada kegiatan Alunan Budaya Desa IV ini, diharapkan setidaknya mampu menjadi wadah untuk menyalurkan minat dan bakat masyarakat luas dalam bidang fashion. Sehingga, melalui kompetisi ini peserta mampu berkreasi dan berinovasi untuk mendesain kain tenun lokal (Pringgasela) menjadi sebuah karya (busana) yang tak sebatas memiliki unsur keindahan dan komersil saja, namun juga memiliki nilai kearifan budaya lokal yang tinggi.
Maka dari pada itu even Alunan Budaya Desa IV yang dianggap sakral oleh pemuda khususnya di ajang Fashion Show ini, bertujuan untuk menyosialisasikan sebuah pemahaman kepada setiap pengerajin agar lebih membuka pemahaman mereka untuk menarik wisatawan, bahwa keberadaan desa Pringgasela sebagai desa Souvenir melalui kain tenunnya, ternyata mempunyai variabel bentuk bahan jadi. sehingga sektor ekonomi masyarakat dapat lebih berkembang sesuai berkembangnya zaman, ungkap Ferry R minggu (24/09).
Azizan Zuhri S.P (Ketua Panitia ALBD 4) selalu optimis untuk mengingatkan kelompok-kelompok pemuda, khususnya segenap panitia agar tetap berkomitmen teguh menyukseskan event tahun ini, yang walaupun sempat mengalami pengunduran waktu pelaksanaan selama satu bulan lamanya, dan hampir di tiadakan karna siklus alam yang sedang tidak bersahabat, namun tidak menurunkan sedikitpun semangatnya untuk berbuat terhadap masyarakat di garda terdepan.
Di sisi lain, meski minimnya bantuan dana dari Pemerintah, panitia yang merupakan pemuda-pemuda Pringgasela ini akan tetap menyelenggakan even tahunannya. Sebab, menurut M. Nur Sahra selaku ketua pemuda dan lembaga, melestarikan budaya adalah hal yang sangat sakral. Sebab budaya merupakan identitas suatu daerah yang membedakannya dari daerah, bahkan Negara lain.
“Kalau tidak bersama sama, apakah sendiri? Dan kalau bukan kita, siapa lagi?” Ujar M.Nur Sahra, Minggu (24/09) lalu.
Diketahui bahwa Kecamatan Pringgasela memiliki banyak potensi destinasi wisata. Selain tenun, Kecamatan Pringgasela juga memiliki jalur pendakian Gunung Rinjani melalui Timbanuh, ada juga wahana arung jeram di Sungai Mencerit, Kolam Renang Putri Duyung, Air Terjun Mayung Polak, Pancor Kopong, Aik Dewa dan banyak lainnya. Meski demikian Alunan Budaya Desa ini tetap menonjolkan budaya asli masyarakat Pringgasela. Karena selain Fashion show, ada pula pagelaran musik, wayang dan tari tradisional.
Adapun akan diadakannya jalan sehat dan beberapa sub even pendukung lainnya yang bersifat masal. Ini juga sekaligus menjadi ajang trauma healing dan silaturahmi bagi masyarakat. Muhammad Nur berharap kegiatan ini berjalan dengan baik dan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat. Kearifan lokal tetap terjaga, anak muda semakin mencintai budaya dan silaturhami tetap terjalin dengan baik. Selain itu, ia juga berharap tahun berikutnya pemerintah dapat membantu volume pendanaan sehingga bisa menyelenggarakan even budaya dalam skala yang lebih besar dan terarah. (Sumber): Ahmad Ferry